Tuesday, July 30, 2019

Anugrah Terindah



Pertama kali melihatnya, aku tahu apa yang kurang dari hidupku


Prolog 


"Papa, ini Arini. Arini, ini Papaku"

Lelaki beraut ramah dan tampan itu tersenyum, mengulurkan tangannya "Andra."

Aku membalas ulutan tangannya dengan senyum sopan, "Salam kenal Om"

"Papa traktir makan ya" pinta Kesha dengan manja.

Aku membuka pintu belakang sedangkan Kesha duduk di samping Om Andra.

"Makan padang, mau?" tanya Om Andra yang mulai menjalankan mobil.

Aku tidak suka masakan padang tapi aku tidak mengatakannya, aku masih punya sopan santun dan aku ingin melihatnya lebih dekat. Aku mengintip - intip melalui ujung mataku caranya berinteraksi dengan Kesha.

"Kesha gimana Rin kalau di kampus?" tanya Om Andra dengan suara yang menunjukkan ketegasan namun juga kelembutan kasih sayang di dalamnya.

"Eh, baik kok Om" jawabku singkat karena aku benar - benar tidak tahu harus bicara apa, perasaan bergejolak di dalam dadaku membuatku tidak ingin banyak bicara dan hanya menatapnya.

"Tidak usah takut memberitahu Om kalau Kesha nakal. Om akan mengurungnya di kamar" katanya seakan Kesha itu anak umur 6 tahun bukannya 19 tahun.

"Papa aaah... apaan sih!" protes Kesha setengah kesal setengah manja.

Om Andra tertawa menanggapi protes putrinya. Tawanya berat tapi riang, membuat wajahnya lebih cerah.

"Arini asalnya mana?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.

"Jombang Om"

"Di sini ngekos atau ada keluarga?"

"Nge-Kos Om"

Om Andra tersenyum simpul lalu tidak ada percakapan lagi. Kesha pernah bercerita padaku kalau Om Andra selalu sibuk, mengingat jabatannya sebagai kepala bagian keuangan tapi jika dia masih mau menjemput anaknya seperti saat ini, Om Andra pasti ayah yang baik.

---------------------------------------------------------
 
Baunya harum sekali, lezat, mengundang dan aku yakin warna emas berkilaunya akan menambah selera. Aku mengambil tutup tupperware pasangannya dan menutupnya dengan senyum puas. Om Andra pasti suka. Aku mengemasi nasi dan sayur di tupperware lain, memasukkan ketiga-nya ke dalam tas jinjing yang khusus untuk Om Andra. Harga bukan masalah jika untuk lelaki yang aku cintai itu.

"Mbak mau kencan lagi ya?" Tanya Dian, adik tingkat juga adik kosku saat aku melewati kamarnya yang ada di samping pintu depan. Dia sedang tiduran di lantai sambil menghadap laptop yang mengeluarkan bunyi salah satu game online di Facebook.

"Iyap" jawabku riang.

"Mbak, pacarnya kok nggak pernah datang ke kos sih?"

Aku hanya tersenyum menjawabnya dan segera mengaitkan ikatan sepatuku "Pergi dulu ya. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Langit cerah berwarna biru dengan awan putih jarang-jarang menghiasinya, jika saja ada angin sejuk lembut membelai maka akan sangat menyenangkan tapi apa mau dikata, Surabaya bukan Surabaya tanpa udara panas dan tanpa anginnya. Aku harus berjalan agak jauh sekitar 500 meter untuk sampai di jalan raya. Kantor Om Andra agak jauh dari kosku, harus naik bis kota lalu oper angkot.

45 menit berada di atas kendaraan umum, akhirnya aku sampai di depan Condroadi Tower, gedung bertingkat 23 dan dihuni berbagai perusahaan salah satunya perusahaan Condroadi Finance Surabaya tempat Om Andra bekerja. Begitu masuk, aku tidak langsung naik lift tapi masuk ke toilet, merapikan diri dan menyemprot parfume aroma citrus. Begitu yakin make up dan bajuku cantik, aku baru menuju lift.

"Hai Rin!" Sapa Mbak Lilis, resepsionis gedung itu.

"Hai Mbak. Apa kabar?"

"Baik. Kamu bawain pak Andra makan siang lagi?" Tanyanya melihat tas yang aku bawa.

"Iya mbak"

"Lha, Kesha-nya mana?"

"Katanya nanti nyusul. Ya udah, naik dulu ya mbak"

"Oke"

Aku memencet angka 14, lantai tempat Om Andra bekerja dan begitu keluar hanya sedikit karyawan yang terlihat mengingat ini jam makan siang. Aku mengetuk tiga kali lalu masuk. Ruangan yang telah akrab denganku selama beberapa bulan ini, ruangan itu terasa seperti Om Andra dengan semua perabotan sederhana namun hangat dengan warna coklat-nya lalu wangi citrus yang menyegarkan favorit Om Andra. Itulah kenapa aku memakai parfume dengan wangi itu.

Lelaki yang aku cintai sedang duduk dengan santai di belakang mejanya, menelfon seseorang sepertinya. Om Andra terlihat kaget melihatku dan menurunkan ponselnya.

"Arini? Kapan datang?" Tanyanya dengan suara yang selalu membuat hatiku hangat.

Aku tersenyum lebar, menghampiri Om Andra dan meraih tangannya, memberi ciuman lembut "Barusan Om. Kok kaget gitu?"

"Ah, Om mau ngomong sesuatu ke kamu sebelum kamu datang."

"Kok nggak telfon?"

Om Andra tertawa, memperlihatkan ponselnya yang menyala memperlihatkan menelfon seseorang. Aku. Aku terkesiap, meletakkan tas makan siang untuk Om Andra di meja dan merogoh tas, ponselku berkedip-kedip tapi tidak bersuara. Panggilan Om Andra berhenti dan aku melihat ada 3 Misscall dan 2 SMS dari Om Andra.

"Aku silent" kataku meringis, baru sadar kebodohanku.

Om Andra tidak marah, malah mengeluarkan senyum jenakanya. Aku tertawa dan berjalan ke belakang Om Andra, meletakkan tanganku di pundaknya dan memijitnya dengan tekanan yang tepat untuk membuat otot tegang menjadi rileks sebagai bentuk permintaan maafku "Kaku banget Om."

Om Andra menikmati pijatanku selama 5 menit sebelum menanggapi "Biasa, mau deadline. Ngomong-ngomong, hari ini kamu membawakan apa?"

Aku melepaskan pundak Om Andra dan membukakan tas makan siangnya "Ayam goreng bumbu spesial dan sayur bening, persis seperti favorit Om"

Om Andra tertawa senang, "Siang ini seperti surga. Ditemani bidadari cantik dan makanan lezat"

Aku tersenyum lebar, begitu senang mendengar pujiannya "Aku ambilkan piring dan Kopi untuk Om."

"Kamu selalu tahu apa yang aku mau Arini."

"Tentu saja." Aku berjalan dengan riang ke pintu "apa aku lulus sebagai istri Om?"

"Setelah aku bercerai dari wanita tua, cerewet dan galak itu, aku akan menikahimu"

"aku menunggu" kataku sambil mengedipkan mata.

Aku membuka pintu lebih lebar dan berhadapan dengan sosok asing yang membuatku kaget. Sosok tinggi dan lebar itu memperhatikanku dari atas ke bawah, membuatku gugup karena ketampanan dan otot - otot menggelembung yang membuat kemejanya tertarik ketat.

"Anda.. mencari Om Andra?"

"Ya. Dia ada di dalam?"

Aku mengangguk bersamaan dengan pintu yang terbuka, Om Andra muncul di belakangku. Aku mendongak dan terkesima sekali lagi dengan sosok lelaki di belakangku. Om Andra sangat tampan dan berwibawa, sempurna dengan tubuhnya yang terlihat hangat membuatku ingin memeluknya erat.

"Pak Sebastian, ada apa?" tanya Om Andra yang terdengar lebih formal.

Pak Sebastian. Dia atasan Om Andra? Aku melihat sosok yang fisiknya hampir seperti buto ijo. Besar, tinggi, lebar, dan sayang sekali sangat tampan.

"Saya ingin mengajak anda berbicara sesuatu sambil makan siang, bisa?"

Om Andra melihatku yang memang selalu memperhatikannya, aku memberinya senyum pengertian dan itu membuatnya menjawab, "Tentu. Saya permisi sebentar" Om Andra menyentuh pundakku, menarikku masuk lagi ke dalam kantornya.

"Maaf ya Rin, makanannya jadi mubadzir. Padahal kamu sudah susah buat" katanya dengan lembut penuh penyesalan.

"Nggak apa Om, Arini ngerti kok." Aku beranjak cepat menghampiri mejanya, mengambil jas yang disampirkan di belakang kursi "Om mau pakai jas-nya atau bawa dompetnya aja?"

"Jas-nya"

Aku mengambil jas itu dan memberikannya ke Om Andra dan langsung dia pakai, membuatnya semakin gagah. Tangannya terulur kekepalaku, menyentuhku dengan cara yang selalu membuatku luluh padanya "Maaf ya, Om janji akan mengganti ini. Gimana kalau makan malam? Besok?"

Aku tersenyum lebar, senang dengan kompensasi yang diberikannya "Oke. Janji ya"

"Iya. Om pergi dulu"

"Hati - hati Om."

Tangan besarnya mengusap pipiku sebelum dia pergi dengan Pak Sebastian yang tidak tahu jabatannya apa.

"Putri anda?"

"Bukan, teman putri saya"

Aku hanya bisa mendengar satu percakapan itu karena mereka semakin menjauh dan aku masih di dalam ruangan Om Andra. Aku melihat ayam goreng spesial yang terlihat menyedihkan karena tidak dimakan. Aku menutup kotak plastik itu, memutuskan untuk memberikannya ke Office Boy yang ada di lantai ini. Rasanya masih sedih karena tidak bisa makan bersama Om Andra padahal kami sudah tidak bertemu selama seminggu tapi senang juga karena kami akan makan malam. Aku merasa semangat lagi, memikirkan dimana tempat untuk makan malam yang pas. Aku tidak ingin tiba - tiba Kesha atau kenalanku melihat kami makan bersama. Konsekuensinya aku tahu tidak akan indah.



COBA BACA YANG INI, DEH

Pengalaman Pertama Lolos Google Adsense Wow!

Hai, gimana kabar kalian? Baik? Ada yang berubah nggak dari blog aku? YAP, Sekarang ada IKLAN nya! Ih, kok sekarang ada iklannya sih?...

EH, BANYAK YANG LIHAT!